Minggu, 21 Desember 2014

TRADISI SELAMETAN KEMISAN

TRADISI SELAMETAN KEMISAN
Tradisi selametan  ini terletak didesa Ringin Kidul, kecamatan Gubug kabupaten Grobogan provinsi Jawa Tengah, berbatasan dengan Jawa Timur. Daerah tersebut tergolong daerah dataran rendah, disana terdapat banyak sawah dan ladang, sehingga warga masyarakat didaerah tersebut kebanyakan bekerja sebagai petani. Namun karena penghasilan dalam bertani itu didapatkan pada saat musiman, lalu dirasa kurang menchukupi kebutuhan sehari-hari , maka sebagian masyarakat didaerah tersebut juga merantau diluar kota.
Masyarakat didesa Ringin Kidul tergolong masih kental akan rasa peduli terhadap warga satu dengan warga yang lain seperti gotong royong dan guyub rukun itu masih terjalin dengan baik. Dan ada salah satu tradisi didesa Ringin Kidul yang dilaksanakan tiap minggunya. Nama tradisi tersebut adalah ‘tradisi Selametan Kemisan’. Selametan kemisan adalah selamatan yang yang  dilaksanakan seorang laki-laki pada setiap hari kamis secara bergilir disetiap rumah warga biasanya secara berurutan sesuai letak rumah. Namun itu semua juga terserah atau kesepakatan warga untuk menganboil kapan. Jika salah satu ada yang gakk ikut juga tidak masalah.
Tradisi selametan kemisan didesa Ringin Kidul sendiri memang sudah ada sejak dulu, sudah dilaksanakn warga setempat secara rutin. Selametan ini dilakukan karena latar belakang warga dan kegiatan ini juga dianggap sebagai bentuk kepedulian atau penghormatan warga kepada warga yang sudah meninggal. dan hari kamis malam jumat dipercayai bahwa arwah-arwah orang yang meninggal itu pulang kerumah. Maka dari itu warga masyarakat mengadakan selametan untuk mendoakan arwah mereka yang sudah meninggal.
Trasdisi Selametan kemisan tersebut dilaksanakan setiap kamis malam jumat secara bergilir disetiap rumah warga. Contoh: hari kamis pertama dirumahnya bapak Sultoni, kamis berikutnya dirumah pak Hadi, kamis berikutnya lagi dirumahnya bapak Abdur. Warga masyarakat desa Ringin Kidul menyebutnya dengan Jamaah, karena doa yang dibacakan secara bersama-sama.
  Adapun isi selametan tersebut adalah membaca tahlilan bersama-sama dan mendoakan  arwah-arwah seseorang yang sudah meninggal. Selametannya sendiri dimulai ketika bapak kiyai atau orang yang dipercayai tuan rumah untuk memimpin doa tahlilan saat acara selametan tersebut.
Selametan tersebut dilaksanakan ba’da Isya’. Setelah salat Isya’ warga bersama-sama berangkat kerumah warga yang mendapat giliran jamaah. Dan dirumah warga tersebut nanti ada kotak amal di depan pintu, dan warga yang mengikuti selametan nanti mengisi kotak amal seiklhasnya. Lalu jika  semuanya sudah berkumpul, selametan akan segera dimulai, diawali dengan doa-doa dari pak kiyai. Doa yang dibachakan biasanya adalah tahlilan dan doa selamatan. Setelah doa selesai lalu makanan, minuman dan makanan pencuci mulut disajikan.
Makananya biasanya miaslnya: soto, mie ayam, bakso, lontong sayur, lontong campur dsb. Sedangkan minumannya biasanya ada es the, the panas, air putih, dsb. Untuk makan pencuci mulut biasanya ada buah-buahan misal : semangka, salak, duku, kelengkeng, rambutan, pisang. Dan ada makanan ringannya seperti jajanan pasar, gorengan, ciki dsb. Jenis makanan yang dihidangkan itu bergantung tuan rumah.
Warga masyarakat menikmati hidangan tersebut sambil ngobrol-ngobrol, kalau orang jawa menyebutnya dengan jagongan. dan ketika makanan sudah dihidnagkan itu berarti selametan tahlilan sudah selesai.


Analisis  Struktural
Menganalisis struktural deskripsi tradisi :
1.  Nama Tradisi  : Selametan Kemisan
2.  Bentuk          : Selametan
3.  Pelaku Tradisi : Tuan rumah, kyai, laki-laki (bapak-bapak dan amnak-anak muda  didukuh Gambang)
4.  Peralatan tradisi     : Kotak amal, makanan, minuman dan maknan ringan sebagai hidangan pencuci mulut tersebut tidak mengangdung makna simbolik atau makna yang sakral. Makanan dan minuman seperti yang disediakan hanya sekedar hidangan saja.
5.  Deskripsi tatacara
jalannya tradisi   : Setelah doa selesai makanan dan miniman mulai dihidangkan. Ketika makanan dan minuman sudah dihidangkan sudah dimakan berarti  warga boleh pulang karena acara selametannya sudah berakhir.

6.  Makna simbolik dalam perilaku dan peralatan tradisi :
Perilaku          : Selametan tersebut sebagai bentuk kiriman doa untuk sanak kaluarga yang sudah meninggal.
Peralatan   : warga sebagai pelaku. Dan segala makanan dan minuman yang dihidangkan itu tidak memiliki makna simbolik tetapi hanya sebagai hidangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar