TRADISI SELAMETAN KEMISAN
Tradisi selametan ini terletak didesa Ringin Kidul, kecamatan
Gubug kabupaten Grobogan provinsi Jawa Tengah, berbatasan dengan Jawa Timur. Daerah
tersebut tergolong daerah dataran rendah, disana terdapat banyak sawah dan
ladang, sehingga warga masyarakat didaerah tersebut kebanyakan bekerja sebagai
petani. Namun karena penghasilan dalam bertani itu didapatkan pada saat
musiman, lalu dirasa kurang menchukupi kebutuhan sehari-hari , maka sebagian
masyarakat didaerah tersebut juga merantau diluar kota.
Masyarakat didesa Ringin Kidul tergolong
masih kental akan rasa peduli terhadap warga satu dengan warga yang lain
seperti gotong royong dan guyub rukun itu masih terjalin dengan baik. Dan ada
salah satu tradisi didesa Ringin Kidul yang dilaksanakan tiap minggunya. Nama
tradisi tersebut adalah ‘tradisi Selametan Kemisan’. Selametan kemisan adalah selamatan
yang yang dilaksanakan seorang laki-laki
pada setiap hari kamis secara bergilir disetiap rumah warga biasanya secara
berurutan sesuai letak rumah. Namun itu semua juga terserah atau kesepakatan
warga untuk menganboil kapan. Jika salah satu ada yang gakk ikut juga tidak
masalah.
Tradisi selametan kemisan didesa Ringin Kidul
sendiri memang sudah ada sejak dulu, sudah dilaksanakn warga setempat secara
rutin. Selametan ini dilakukan karena latar belakang warga dan kegiatan ini
juga dianggap sebagai bentuk kepedulian atau penghormatan warga kepada warga
yang sudah meninggal. dan hari kamis malam jumat dipercayai bahwa arwah-arwah
orang yang meninggal itu pulang kerumah. Maka dari itu warga masyarakat
mengadakan selametan untuk mendoakan arwah mereka yang sudah meninggal.
Trasdisi Selametan kemisan tersebut
dilaksanakan setiap kamis malam jumat secara bergilir disetiap rumah warga.
Contoh: hari kamis pertama dirumahnya bapak Sultoni, kamis berikutnya dirumah
pak Hadi, kamis berikutnya lagi dirumahnya bapak Abdur. Warga masyarakat desa
Ringin Kidul menyebutnya dengan Jamaah,
karena doa yang dibacakan secara bersama-sama.
Adapun isi selametan tersebut adalah membaca tahlilan bersama-sama dan
mendoakan arwah-arwah seseorang yang
sudah meninggal. Selametannya sendiri dimulai ketika bapak kiyai atau orang
yang dipercayai tuan rumah untuk memimpin doa tahlilan saat acara selametan
tersebut.
Selametan tersebut dilaksanakan ba’da Isya’.
Setelah salat Isya’ warga bersama-sama berangkat kerumah warga yang mendapat
giliran jamaah. Dan dirumah warga tersebut nanti ada kotak amal di depan pintu,
dan warga yang mengikuti selametan nanti mengisi kotak amal seiklhasnya. Lalu
jika semuanya sudah berkumpul, selametan
akan segera dimulai, diawali dengan doa-doa dari pak kiyai. Doa yang dibachakan
biasanya adalah tahlilan dan doa selamatan. Setelah doa selesai lalu makanan,
minuman dan makanan pencuci mulut disajikan.
Makananya biasanya miaslnya: soto, mie ayam,
bakso, lontong sayur, lontong campur dsb. Sedangkan minumannya biasanya ada es
the, the panas, air putih, dsb. Untuk makan pencuci mulut biasanya ada
buah-buahan misal : semangka, salak, duku, kelengkeng, rambutan, pisang. Dan
ada makanan ringannya seperti jajanan pasar, gorengan, ciki dsb. Jenis makanan
yang dihidangkan itu bergantung tuan rumah.
Warga masyarakat menikmati hidangan tersebut
sambil ngobrol-ngobrol, kalau orang jawa menyebutnya dengan jagongan. dan
ketika makanan sudah dihidnagkan itu berarti selametan tahlilan sudah selesai.
Analisis
Struktural
Menganalisis struktural deskripsi tradisi :
1. Nama Tradisi :
Selametan Kemisan
2. Bentuk :
Selametan
3. Pelaku Tradisi : Tuan rumah, kyai, laki-laki (bapak-bapak dan amnak-anak muda didukuh Gambang)
4. Peralatan tradisi : Kotak amal, makanan, minuman dan maknan ringan sebagai
hidangan pencuci mulut tersebut tidak mengangdung makna simbolik atau makna
yang sakral. Makanan dan minuman seperti yang disediakan hanya sekedar hidangan
saja.
5. Deskripsi tatacara
jalannya tradisi : Setelah doa selesai makanan dan miniman
mulai dihidangkan. Ketika makanan dan minuman sudah dihidangkan sudah dimakan
berarti warga boleh pulang karena acara
selametannya sudah berakhir.
6. Makna simbolik dalam perilaku dan peralatan
tradisi :
Perilaku :
Selametan tersebut sebagai bentuk kiriman doa untuk sanak kaluarga yang sudah
meninggal.
Peralatan : warga sebagai pelaku. Dan
segala makanan dan minuman yang dihidangkan itu tidak memiliki makna simbolik
tetapi hanya sebagai hidangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar