Minggu, 21 Desember 2014

Sejarah Tradisi Bulusan

Sejarah Tradisi Bulusan
Rikala semanten wonten tiyang sepuh asmanipun mbah Dado. Mbah Dado menika kagungan murid asmanipun Umara kaliyan Umari. Nalika mbah Dado nyebaraken agama islam, piyambakipun kagungan Pesantren wonten ing kaki gunung Muria. Nalika wulan Ramadhan mliginipun malem Nuzulul Qur’an sunan Muria badhe silaturahmi maos Qur’an sareng-sareng kaliyan kerabatipun inggih menika mbah Dado. Nalika wonten margi, sunan midhanget wonten swanten krepyek-krepyek kaliyan sumerep tiyang daut wonten ing saben lajeng ngendhika “hla, malem Nuzulul Qur’an ora padha ngaji malah padha blusukan ndhekem ning banyunan wis kaya bulus wae.”  Banjur tiyang ingkang wonaten ing saben menika  malih dados bulus.
Mangertosmenawi kados menika Umara kaliyan Umari ningali bulus menika, lajeng mbah Dado mangertos menawi bulus menika tiyang ingkang daut dalu-dalu wonten ing saben. Lajeng Mbah Dado ngaturaken luput dumateng sunan Muria kangge tiyang menika supados tiyang menika dipun balikaken dados manungsa malih. Ananging kados ibarat, ‘sego wis dadi bubur’ dados pangandhikanipun boten saged dipun cabut malih.
Amergi saking menika, sunan Muria nyublesaken tongkatipun wonten ing sawah menika. saking cublesan mena medhal sumber toyanipun banjur daerah menika kasebat dukuh Sumber. Lajeng tongkatipun dipun-sebat wit ‘Tamba Ati’. Nalika sunan Muria badhe ninggalaken panggenan menika lajeng ngendhika, “ mbesuk anak lan putu-putumu bakal kurmati awakmu’. Menika dipun laksanakaken saben seminggu sawise riyaya Idhul Fitri wulan syawal asring dipun-sebat Bada Kupat. Dados saben Bada Adha kathah tiyang ingkang ningali uga ningali bulus ingkang wonten ing mriku,   warga masyakat menika kanthi nyebat Tradisi Bulusan.

TRADISI SELAMETAN KEMISAN

TRADISI SELAMETAN KEMISAN
Tradisi selametan  ini terletak didesa Ringin Kidul, kecamatan Gubug kabupaten Grobogan provinsi Jawa Tengah, berbatasan dengan Jawa Timur. Daerah tersebut tergolong daerah dataran rendah, disana terdapat banyak sawah dan ladang, sehingga warga masyarakat didaerah tersebut kebanyakan bekerja sebagai petani. Namun karena penghasilan dalam bertani itu didapatkan pada saat musiman, lalu dirasa kurang menchukupi kebutuhan sehari-hari , maka sebagian masyarakat didaerah tersebut juga merantau diluar kota.
Masyarakat didesa Ringin Kidul tergolong masih kental akan rasa peduli terhadap warga satu dengan warga yang lain seperti gotong royong dan guyub rukun itu masih terjalin dengan baik. Dan ada salah satu tradisi didesa Ringin Kidul yang dilaksanakan tiap minggunya. Nama tradisi tersebut adalah ‘tradisi Selametan Kemisan’. Selametan kemisan adalah selamatan yang yang  dilaksanakan seorang laki-laki pada setiap hari kamis secara bergilir disetiap rumah warga biasanya secara berurutan sesuai letak rumah. Namun itu semua juga terserah atau kesepakatan warga untuk menganboil kapan. Jika salah satu ada yang gakk ikut juga tidak masalah.
Tradisi selametan kemisan didesa Ringin Kidul sendiri memang sudah ada sejak dulu, sudah dilaksanakn warga setempat secara rutin. Selametan ini dilakukan karena latar belakang warga dan kegiatan ini juga dianggap sebagai bentuk kepedulian atau penghormatan warga kepada warga yang sudah meninggal. dan hari kamis malam jumat dipercayai bahwa arwah-arwah orang yang meninggal itu pulang kerumah. Maka dari itu warga masyarakat mengadakan selametan untuk mendoakan arwah mereka yang sudah meninggal.
Trasdisi Selametan kemisan tersebut dilaksanakan setiap kamis malam jumat secara bergilir disetiap rumah warga. Contoh: hari kamis pertama dirumahnya bapak Sultoni, kamis berikutnya dirumah pak Hadi, kamis berikutnya lagi dirumahnya bapak Abdur. Warga masyarakat desa Ringin Kidul menyebutnya dengan Jamaah, karena doa yang dibacakan secara bersama-sama.
  Adapun isi selametan tersebut adalah membaca tahlilan bersama-sama dan mendoakan  arwah-arwah seseorang yang sudah meninggal. Selametannya sendiri dimulai ketika bapak kiyai atau orang yang dipercayai tuan rumah untuk memimpin doa tahlilan saat acara selametan tersebut.
Selametan tersebut dilaksanakan ba’da Isya’. Setelah salat Isya’ warga bersama-sama berangkat kerumah warga yang mendapat giliran jamaah. Dan dirumah warga tersebut nanti ada kotak amal di depan pintu, dan warga yang mengikuti selametan nanti mengisi kotak amal seiklhasnya. Lalu jika  semuanya sudah berkumpul, selametan akan segera dimulai, diawali dengan doa-doa dari pak kiyai. Doa yang dibachakan biasanya adalah tahlilan dan doa selamatan. Setelah doa selesai lalu makanan, minuman dan makanan pencuci mulut disajikan.
Makananya biasanya miaslnya: soto, mie ayam, bakso, lontong sayur, lontong campur dsb. Sedangkan minumannya biasanya ada es the, the panas, air putih, dsb. Untuk makan pencuci mulut biasanya ada buah-buahan misal : semangka, salak, duku, kelengkeng, rambutan, pisang. Dan ada makanan ringannya seperti jajanan pasar, gorengan, ciki dsb. Jenis makanan yang dihidangkan itu bergantung tuan rumah.
Warga masyarakat menikmati hidangan tersebut sambil ngobrol-ngobrol, kalau orang jawa menyebutnya dengan jagongan. dan ketika makanan sudah dihidnagkan itu berarti selametan tahlilan sudah selesai.


Analisis  Struktural
Menganalisis struktural deskripsi tradisi :
1.  Nama Tradisi  : Selametan Kemisan
2.  Bentuk          : Selametan
3.  Pelaku Tradisi : Tuan rumah, kyai, laki-laki (bapak-bapak dan amnak-anak muda  didukuh Gambang)
4.  Peralatan tradisi     : Kotak amal, makanan, minuman dan maknan ringan sebagai hidangan pencuci mulut tersebut tidak mengangdung makna simbolik atau makna yang sakral. Makanan dan minuman seperti yang disediakan hanya sekedar hidangan saja.
5.  Deskripsi tatacara
jalannya tradisi   : Setelah doa selesai makanan dan miniman mulai dihidangkan. Ketika makanan dan minuman sudah dihidangkan sudah dimakan berarti  warga boleh pulang karena acara selametannya sudah berakhir.

6.  Makna simbolik dalam perilaku dan peralatan tradisi :
Perilaku          : Selametan tersebut sebagai bentuk kiriman doa untuk sanak kaluarga yang sudah meninggal.
Peralatan   : warga sebagai pelaku. Dan segala makanan dan minuman yang dihidangkan itu tidak memiliki makna simbolik tetapi hanya sebagai hidangan.

7 UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN DITINJAU DARI SEGI MATERIAL


7 UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN DITINJAU DARI SEGI MATERIAL

Kebudayaan itu ada ketika manusia ada. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem adat istiadat, gagasan/ide dan  tindakan yang dilakukan sebagai hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Adapun unsur-unsur kebuyaan yang terdapat didalamnya adalah ada 7, yaitu : sistem bahasa, peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi), sistem mata pencaharian, sistem kepercayaan, keseniaan, sistem dan ilmu pengetahuan, sistem kekerabatan. Kebudayaan sendiri terdapat tiga  wujud kebuyaan yang terkandung, yaitu : Ide, sistem sosial dan material. Dan disini nanti saya akan menjelaskan 7 unsur kebadayaan dari segi materialnya.
1. Sistem Bahasa
Bahasa adalah salah satu alat komunikasi secara langsung  baik secara lisan, tulisan  ataupun gerak tubuh (bahasa tubuh) untuk berinteraksi dengan individu atau kelompok lain. Bahasa sendiri memiliki perbedaan dari satu daerah kedaerah lainnya. Dan itu menjadikan bahasa disetiap daerah memiliki keunikan masing-masing. Dengan adanya keunikan-keunikan diberbagai daerah itu sendiri akan menimbulkan kebiasaan yang nantinya menjadi budaya, dan didalam budaya sendiri pasti ada adat istiadat yang harus diikuti. Maka dari itu diharapkan saling menghormati dan mengerti bahasa didaerah satu sama lain.
Daerah satu dengan daerah lain memiliki perbedaan pengucapan dalam berbahasa walaupun masih dalam satu provinsi, satu kota bahkan satu  kecamatan.
Jika ditinjau dari segi material bahasa ada banyak macam bahasa, misal di Jawa tengah. Jawa tengah sendiri memiliki beberapa dialek, misal berdialek Banyumasan yang sering disebut bahasa ngapak( dialek a),  berdialek Solo-Jogja serta pesisiran. Contohnya dalam bahasa indonesia ada kalimat ‘itu punyamu’  jika dikatakan dengan dialek ngapak menjadi ‘kuwe duweke ko’, dan jika di katakan dengan dialek Solo-Jogja menjadi ‘kuwi gonku’, jika didaerah pesisiran seperti kudus itu menjadi ‘iku gonem’.
Jika diliat dari segi fungsi itu sama meskipun diucapakan dengan dialek berbeda-beda tetapi maksudnya sama yaitu ‘itu punyamu’. Jika diliat dari dialeg tersebut ada keunikan yang terdapat, yaitu : ko, mu, em/nem dalam bahasa Indonesia untuk mengatakan ‘mu’ (kepemilikan). 
Namun jika diliat dari bentuk dan maknanya itu berbeda. Contoh ketika orang daerah ngapak mengatakan  Inyong teyeng. Kata inyong yang artinya ‘aku’ dan  teyeng diartikan ‘bisa’. Jika kata tersebut diartikan didaerah solo-jogja dan pesisiran  itu menjadi ‘aku berkarat’.

2. Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
Dalam kehidupan manusia perlu yang adanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam pekerjaan sendiri membutuhkan alat untuk bekerja. Disetiap daerah memiliki cara bekerja sendiri sesuai dengan letak geografis dan fotografi  atau konsisi daerah seperti daerah pegunungan, pedesaan, perkotaan dsb.
Didaerah pedesaan dan pegunungan dominan bekerja sebagai petani. Setiap musim hujan para petani menggarap sawah seperti menanam padi, namun sebelum sawah ditanami padi, tanah yang disawahnya itu dicangkul terlebih dahulu. Pada pekerjaan ini orang membutuhkan alat untuk mencangkul yaitu ‘cangkul/pacul’. Cangkul merupakan produk budaya yang dihasilkan dari  proses adaptasi manusia terhadap lingkungan disekitarnya. Alat pertanian tradisional yang kita sebut dengan pacul/cangkul ini mempunyai keragaman bentuk dan ukuran, yang disesuaikan dengan tanah garapan.
Penyesuaian bentuk cangkul dapat kita lihat pada daun dan tangkai. Lebar daun dan panjang tangkai memiliki ukuran yang berbeda-beda, begitu pula dengan sudut yang menghubungkan kedua bagian tersebut.
Namun bentuk cangkul didaerah pegunungan atau lereng gunung dengan didaerah datran rendah itu berbeda dikarenakan kebutuhan dan bentuk itu disesuaikan dengan fungsinya. Contohnya gambar dibawaha ini :

Keterangan gambar : Warna hijau adalah wilayah penggunaan cangkul.
Jenis cangkul dengan bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi yang berbeda.
Bentuk dan fungsinya terdapat pada bentuk cagak atau tongkat cangkul :
1.     Kait (gbr. 1),  tongkat tau cagak atau pegangan cangkul dibuat sangat dekat dengan piringan besi yang berfungsi untuk mencangkul posisi bidang atau wilayah tanah dengan kemiringan  4 - 51.8 derajat
2.    Cagak panjang (grb. 2) cagak dibuat tegak dan panjang digunakan diwilayah dengan kemiringan lahan 1.2 - 21,8 derajat
3.    Cagak sedang (grb. 3)  cagak dibuat agak condong atau miring ini digunakan pada lahan dengan kemiringan 1,2 - 31 derajat
4.    Cagak pendek (grb. 4), cagak dibuat agak pendek digunakan pada lahan dengan kemiringan 1 = 4 derajat

Sudut cangkul semakin tajam mengikuti tingkat kemiringan tanah garapan yang semakin curam. "Ada keterkaitan antara bentuk alat pertanian dengan ciri fisik lahan pertanian".
Lereng dan ketinggian menjadi faktor kunci yang mempengaruhi jenis cangkul yang digunakan petani pada setiap wilayah berbeda-beda sesuai dengan kelandaian dan kemiringan daerahnya itu sendiri.

3. Sistem Mata Pencaharian
Mata pencaharian adalah suatu sumber  lahan pekerjaan yang dilakukan setiap hari untuk mendapat uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.  Ssalah satunya adalah pekerjaan diladang atau sebagai petani. Petani membutuhkan cangkul atau alat tradisional lainnya seperti anai-ani atau sabit untuk memanen padinya.
Disini saya ingin mengambil contoh dari ani-ani dan sabit. Petani jaman dulu ketika memanen padi dengan cara memotong bagian dengah pohon padi. Dulu alat untuk memotong padi itu menggunakan ani-ani. Namun karena ada kemajuan, petani sekarang memotong padi dengan sabit. Meskipun sabit sama-sama alat tradisonal, namun sabit lebih canggih dari ani-ani, namun sabit juga masih tergolong alat tradisional.
Petani jaman sekarangpun masih menggunakan sabit,  sabit digunakan petani untk memanen padinya. Sabit didaerah satu dengan dearah lain itu memiliki bentuk tersendiri. Arit atau sabit sebagai alat pertanian ada beberapa bentuk sesuai dengan jenis dan fungsinya. Dibawah ini adalah macam-macam bentuk arit atau sabit untuk pertanian, yaitu : bendo, babatan dan pengaritan.
Arit Bendo ini dibuat dari besi berbentuk sedikit tegak sedikit tebal dan lebih kuat  dibandingkan arit atau sabit babatan dan pengaritan. Arit bendo ini berfungsi untuk memotong kayu besar atau kayu yang kuat, arit jenis ini tidak cocok untuk babat rumput ataupun tanaman, karena sedikit berat.


 Arit Babatan ini berbentuk seperti disamping dibuat dari besi, bagian lengkungan dalamnya tajam, sabit yang ini lebih rinagn dibandingkan denagn sabit bendo. Sabit ini berfungsi sebagai babat jenis rumput-rumputan tanpa harus dipegang tanaman yang ingin dibabat.


Arit pengaritan ini berbentuk seperti disampin, sabit ini  dibuat dari besi dengan lengkung dalam lebih tajam dan sangat menyudut dan tajam, ini berfungsi untuk mengarit atau memotong tanman seperti jagung atau tanaman yang jika mau dipotong itu dipegang batangnya.



4. Sistem Kepercayaan
Sistem kepercayaan adalah suatu kepercayaan yang dimiliki setiap manusia dalam melakukan hal-hal yang berhubungan dengan sang gaib. Seperti contoh sebagai umat beragama Islam melakukan beribadah berupa salat atau sembahyang kepada Allah SWT.
Jika berhubungan dengan hal gaib sama halnya kepercayaan seperti halnya tempat pemakaman atua kuburan. Umat yang beragama islam menempatkan orang yang sudah meninggal itu dengan cara dikuburkan atau dimakamkan. Namun jika agama lain seperti budha, hindu dsb itu dengan cara dibakar dan abunya disimpan.
          Adapun bentuk kuburan atau makam agama islam adalah sebagai berikut :
 Bentuk makam ini berfungsi untuk menempatkan mayat orang yang sudah meninggal. makam ini dibuat secara sederhana itu hanya dikubur dalam tanah dan diberi dua patok yang ditancapkan diatap kepaka dan dikaki temapt mayat ditempatkan. Patok yang diatas kepala itu ditulisi nama bin orang tuanya dan kapan dia meninggal. yang terbuat dari kayu. Dengan tujuan nantinya bisa melebur menjadi tanah lagi.
Namun ketika orang-orang mengartikan makam adalah tempat peristirahatn terakhir banyak orang salah persepsi sehingga menghiasi makam dengan dibangunkan bangunan berbatu diatas kuburan bahkan ada yang dibentuk seperti ruang kamar. Contohnya seperti dibawah ini:

5. Kesenian
Kesenian adalah salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh daerah-daerah yang  mempunyai kemampuan dan kreativitas sebagai wujud estetika yang bisa dinikmati secara kasat mata ataupun bisa ddinikmati dengan cara mendengar.
Dijawa sendiri memiliki kesenian tradisional, salah satunya adalah ondel-ondel.

     

Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat. Ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa. Ondel-ondel ini terbuat dari kayu dan dibentuk berupa boneka yang besar itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan garis tengah ± 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan warna putih. Contohnya seperti gambar dibawah ini :

Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang gentayangan. Ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah semarak pesta- pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu terhormat, misalnya pada saat peresmian gedung yang baru selesai dibangun.

6. Sistem dan Ilmu Pengetahuan
Setiap manusia memerlukan yang namanya ilmu pengetahuan baik secara pengetahuan umum,psikis  maupun spiritual.  Misalnya seperti mengaji kitab Alqur’an maupun hadist. Didalam qur’an maupun hadist banyak kata-kata bijak serta banyak ilmu yang berfungsi sebagai  pedoman hidup didunia maupun di akhirat.
Alqur’an dan hadist itu sendiri berbentuk lembaran-lembaran yang dibukukan atau dikitabkan agar memudahkan pembaca dalam proses belajar karena dalam bentuk buku akan teratur urutannya.. Tulisan yang terdapat didalamnya adalah tulisan arab. Namun sekarang sudah terdapat Alqur’an dan Hadist dengan tafsiran serat artinya. Itu sangat memudahakan si pembaca memahami makna dan isi yang terkndung dalam kitab tersebut.


7. System Kekerabatan

Hiasan Pernikahan adalah dekorasi tempat pernikahan, Sehari sebelum pernikahan, biasanya gerbang rumah pengantin perempuan akan dihiasi janur kuning yang terdiri dari berbagai macam tumbuhan dan daun-daunan. Contoh gambarnya seperti dibawah ini:

·         2 pohon pisang dengan setandan pisang masak pada masing-masing pohon, melambangkan suami yang akan menjadi kepala rumah tangga yang baik dan pasangan yang akan hidup baik dan bahagia dimanapun mereka berada (seperti pohon pisang yang mudah tumbuh dimanapun).
·         Tebu Wulung atau tebu merah, yang berarti keluarga yang mengutamakan pikiran sehat.
·         Cengkir Gading atau buah kelapa muda, yang berarti pasangan suami istri akan saling mencintai dan saling menjagai dan merawat satu sama lain.
·         Berbagai macam daun seperti daun beringin, daun mojo-koro, daun alang-alang, dadap serep, sebagai simbol kedua pengantin akan hidup aman dan keluarga mereka terlindung dari mara bahaya.
Selain itu di atas gerbang rumah juga dipasang bekletepe yaitu hiasan dari daun kelapa untuk mengusir roh-roh jahat dan sebagai tanda bahwa ada acara pernikahan sedang berlangsung di tempat tersebut.
Sebelum Tarub dan janur kuning tersebut dipasang, sesajen atau persembahan sesajian biasanya dipersiapkan terlebih dahulu. Sesajian tersebut antara lain terdiri dari: pisang, kelapa, beras, daging sapi, tempe, buah-buahan, roti, bunga, bermacam-macam minuman termasuk jamu, lampu, dan lainnya.
Arti simbolis dari sesajian ini adalah agar diberkati leluhur dan dilindungi dari roh-roh jahat. Sesajian ini diletakkan di tempat-tempat dimana upacara pernikahan akan dilangsungkan, seperti kamar mandi, dapur, pintu gerbang, di bawahTarub, di jalanan di dekat rumah, dan sebagainya.

Dekorasi lain yang dipersiapkan adalah Kembar Mayang yang akan digunakan dalam upacara panggih.

Senin, 15 Desember 2014

Basa Kawi

A
·         ajang = tempat dhahar
amor=jejer
B
·         bilahi = bebaya
batal
C
·         cakra = rodha
·         anendra =
D
·         dadu = abang
·         dahana = geni
·         dama = bodho
·         danawa = buta
·         darma = kautaman
·         dasa = sepuluh
·         datan = ora
·         dibya = linuwih
·         dipangga = gajah
·         dirgantara = langit
·         dutya = buta
·         diyu = buta
·         dhingin = dhisik
·         driya = ati
·         duk = nalika
·         duksina = kidul
·         ndulu = ndeleng
·         duta = kongkonan
·         dwi = loro
·         dwija = guru
·         dhuhkita = susah
·         duratmaka = maling
E
·         eka = siji'
·         eksi = mripat
·         enu = deneng
·         ernawa = segara
·         esthi = karep
G
·         garasi = wong mati
·         gong = gamelan
H
·         hamba = batur
·         harsa = seneng
·         hasta = tangan
·         haywa = aja
·         himawan = gunung
·         hyang = déwa
I
·         iba = gajah
·         ima = méga
·         imalaya = gunung
·         ina = asor
·         indriya = karep
·         ingsun = aku
·         inyong = aku
J
·         jala = banyu
·         jaladara = mendhung
·         jaladri = segara
·         jalanidhi = segara
·         jalu = lanang
·         janma = manungsa
·         jatukrama = bojo
·         jaya = menang
·         jenar = kuning
·         jiwa = sukma
K
·         kaga = manuk
·         kadya = kaya
·         kalbu = ati
·         kalpika = ali-ali
·         kaloka = misuwur
·         kalyana = linuwih
·         kanan = tengen
·         kapi = kethèk
·         kapti = karep
·         kapiyarsa = keprungu
·         kardi = gawé
·         karta = aman
·         kartika = lintang
·         karya = gawé
·         kayun = karep
·         kencana = emas
·         kéring = kiwa
·         kintaka = layang
·         kirunn = sorot
·         kisma = lemah
·         kitha = dhewe/aku
·         kresna = ireng
·         kukila = manuk
·         kuncara = misuwur
·         kusuma = kembang
·         kuwawa = kuwat
·         kontol = gijil
LMN
·         labda = pinter
·         laksmi = ayu
·         lampus = mati
·         lancana = tetenger
·         langking = ireng
·         lastri = bengi
·         layu = mati
·         ligar = rontog
·         lir = kaya
·         loh = subur
·         loka = jagad
·         ludira = getih
·         luhur = dhuwur
·         lumaksana = mlaku
M
·         madya = tengah
·         makarya = nyambut gawé
·         mameh = golèk
·         mami = aku
·         manggala = panggedhé
·         maning = maneh
·         manjing = mlebu
·         manyura = merak
·         marcapada = jagad
·         marga = dalan
·         margana = panah
·         marta = sabar
·         maruta = angin
·         mijil = asal (berasal)
·         mina = iwak
·         mitra = kanca
·         miyarsa = krungu
·         mudha = enom
·         mulat = weruh
·         mulyo =
·         muroni = ngendemi
·         musna = ilang
N
·         nadi = kali
·         nggambar =
·         narendra = ratu
·         narmada = kali
·         narya = ratu
·         nata = ratu
·         nawala = layang
·         nendra = turu
·         netra = mripat
·         nir = ilang, tanpa
·         nira = kowe
·         nirmala = suci
·         niskala = slamet
·         nulad = niru
·         nuswa = pulo
ngising
O
·         Obar-abir = kilat
·         orem = sesambat
R
·         ratri = bengi
·         rawi = srengéngé
·         rekta = abang
·         rena = ibu
·         rika = kowe
·         rimbit = jodo, sarimbit = sapasang
·         ripta = ngarang
·         roga = lara
·         runtik = emas
·         ranu = banyu
·         rawuh=
S
·         sowang-sowangan = asal piyambak
·         samekta = tinimbang
U
·         udrasa = tangis
·         udyana = taman
·         upaya = golèk
·         uning = weruh
·         usada = tamba
·         utama = becik
·         utara = lor
·         undhagi
W
·         waluya = waras
·         wana = alas
·         wanara = kethèk
·         wandawa = kadang
·         wardaya = ati
·         warih = banyu
·         warsa = taun
·         waskitha = awas
·         wasana = pungkasan
·         waspa = luh
·         wastra = sandhangan
·         we = banyu
·         wibawa = keluhuran
·         wibi = ibu
·         wicara = guneman
·         Widhi = Allah
·         widya = kawruh
·         wignya = pinter
·         wilis = ijo
·         wimba = wetu
·         wira = prajurit
·         winursita = dicritakaké
·         wisma = omah
·         wisuda = angkat
·         wilang-wilang = rusak
·         wredha = tuwa
·         wreksa = kayu
·         wukir = gunung
·         wuntat = buri
Y
·         yayah = bapak
·         yekti = bener
·         yitna = ngati-ati
·         yoga = anak
·         yogya = becik
·         yuda = perang
·         yuwana = slamet
·         ywa = aja



kapetink saking mriki